Monday, January 28, 2008

Soeharto Wafat

Inna lillahi wa inna ilaihi raajiuun


Segala sesuatunya datang dari Allah, dan akan kembali kepada Allah jua. Sebuah ucapan yang akan keluar dari bibir seorang muslim bila ia mendengar berita kematian seorang muslim lainnya.


Ucapan ini pula yang paling pantas kita ucapkan manakala mendapat berita meninggalnya Pak Harto mantan presiden ke-2 Indonesia pada hari Minggu 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB.


Pak Harto tak dapat dipungkiri adalah tokoh besar dalam sejarah Indonesia. Sebagai manusia yang hidup di dunia, beliau telah memilih jalan hidupnya dengan caranya sendiri. Yang pasti beliau telah berkarya, berjuang dan berbakti kepada negara Indonesia sehingga mencapai puncak karirnya sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sukses dan gagal adalah konsekwensi hidup seorang manusia. Manusia perlu berbuat, perlu bertindak, perlu melakukan aksi sepanjang mengisi kehidupan yang dianugerahkan oleh Allah. Dan hanya Allah yang paling berhak memberi penilaiannya terhadap apa-apa yang dikerjakan oleh umatNya di dunia ini.


Kewajiban kita sebagai manusia adalah mendoakan kepada manusia lainnya yang telah mendahului berpulang kepadaNya. Kita doakan semoga beliau diterima dan berbahagia di sisiNya. Karena kita semua akan kembali kepadaNya jua.


Amien. Selamat jalan Pak Harto.

Monday, January 14, 2008

Kalau saya punya Eee PC


Sudah sekian lama keinginan untuk memiliki sendiri sebuah laptop terpendam di dalam hati. Bahkan sejak bertahun-tahun yang silam. Memang mengoperasikan laptop dan menggunakannya dalam keseharian sudah pernah saya nikmati dan sering malah, namun bukanlah laptop yang saya miliki sendiri. Paling punya kantor yang dapat dipinjam berhari-hari, atau punya teman yang hanya berani saya pinjam pakai dalam hitungan menit atau jam saja.


Kelebihan laptop adalah penggunaannya yang praktis, ringkas dan dapat dibawa kemana-mana. Untuk kapasitas pemakai yang sering tidak berada di tempat tentunya laptop adalah alat bantu yang paling diminati. Bahkan sebenarnya untuk pemakaian di rumah pun, laptop memiliki keunggulan. Bentuknya yang kecil dan ringkas hanya membutuhkan tempat yang minimalis. Sehingga banyak ruang kerja yang dapat dihemat, jika dibandingkan kita menggunakan PC desktop. Namun apadaya, harganya yang jauh tinggi di atas harga PC biasa sangat menghambat saya (terutama) untuk mewujudkan keinginan memiliki sendiri laptop. Sehingga untuk sementara cukuplah memiliki PC di rumah untuk melayani aktifitas pekerjaan yang standar bagi saya. Ditunjang oleh prinsip minimalis saya masih tetap bisa bekerja, mengakses internet, menulis blog, mengerjakan tesis, mengerjakan tugas-tugas, dengan hasil yang optimal dengan menggunakan PC selama ini.


Syukurlah sebuah kabar gembira saya dapatkan di awal tahun baru ini, yang mudah-mudahan dapat mewujudkan mimpi saya selama ini untuk memiliki sebuah laptop sendiri. Bayangkan, sebuah laptop mungil dengan spesifikasi yang mengagumkan hanya berharga Rp. 3,6 juta saja. Laptop Asus Eee PC 4G ini baru akan diluncurkan tanggal 26 Januari 2008 nanti dengan harga promosi tersebut. Dengan harga segitu untuk sebuah laptop mini, sangat sayang kalau kita masih menunda membelinya. Apapun, saya berjanji dalam hati untuk berusaha memiliki laptop ini.


Apa yang akan saya lakukan kalau saya punya laptop Eec PC?


Sudah pasti laptop ini akan sangat membantu pekerjaan dan tugas-tugas saya selama ini. Saya bisa membawanya kemana saja saya pergi, dan dapat sewaktu-waktu mengoperasikannya dimana saja pada saat-saat yang memungkinkan. Bahkan mungkin saya tidak akan gunakan lagi PC desktop di rumah karena memang sudah kadaluarsa dan sudah sangat pantas untuk di-upgrade. Bagi saya, laptop ini bermakna ganda. Selain berukuran mini, harganya pun mini. Suatu kenyataan yang tidak lazim untuk sebuah laptop biasa selama ini. Dan ungkapan 'Dunia Dalam Pangkuan Semua Orang' kayaknya paling pantas untuk menjadi slogan laptop Asus Eee PC 4G ini.


Semoga saja terkabul.


Wednesday, January 09, 2008

AirAsia di Aceh

Setelah berharap sekian lama akhirnya keinginan untuk menjadikan bandara Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang Banda Aceh sebagai bandara internasional dapat terwujud juga. Dalam satu artikel di blog ini hampir setahun yang lalu harapan tersebut termasuk dalam salahsatu usulan sebagai upaya membangkitkan industri patriwisata Aceh. Syukurlah, sejak 6 Nopember 2007 lalu, perusahaan penerbangan milik Malaysia, AirAsia telah melakukan penerbangan perdana ke Aceh, dan seterusnya secara rutin mengisi satu-satunya jalur penerbangan internasional Banda Aceh-Kuala Lumpur sebanyak 3 kali dalam seminggu. Mudah-mudahan ini menjadi awal yang baik bagi membuka pintu Aceh langsung dengan dunia luar.

Saya sendiri baru menikmatinya pada 21 Desember 2007 saat kembali ke Aceh dari Kuala Lumpur untuk merayakan hari raya kurban bersama keluarga di kampung halaman. Cukup banyak kelebihan dan kemudahan yang dirasakan oleh warga Aceh dengan adanya penerbangan ini, dibandingkan dengan sebelumnya. Sebelumnya warga Aceh jika ingin bepergian ke Malaysia harus melalui bandara Polonia di Medan. Selain harga tiket yang jauh lebih murah dibanding harga tiket KL-Medan, juga banyak waktu yang dapat dihemat dalam perjalanan KL-Aceh ini. Saat pulang kemarin, selepas subuh saya keluar dari rumah di UPM Serdang, maka sore hari pukul 6 saya sudah tiba di Sigli. Bandingkan dengan sebelumnya, jika melalui Medan perlu menempuh perjalanan darat dengan bus malam Medan-Sigli selama 10 jam, dan biasanya tiba di rumah sekitar subuh keesokan harinya.

Begitu juga sebaliknya, seperti jika saya berangkat dari kota Sigli, maka malamnya saya sudah harus naik bus menuju Medan agar esok pagi-pagi dapat tiba di kota Medan. Kali ini saya hanya perlu berangkat pagi pukul 8-an dan tiba di bandara Blang Bintang 2 jam kemudian. Setelah menempuh penerbangan 1 jam 25 menit ke KLIA, saya sudah dapat berada di kampus UPM Serdang Malaysia sekitar pukul 3 siang waktu Malaysia dengan menumpang taksi dari bandara.

Tentunya bukan sekedar kemudahan pribadi seperti yang saya rasakan ini yang jadi keutamaan, melainkan keuntungan lain yang jauh lebih besar nilainya bagi kemajuan daerah Aceh dan masyarakatnya. Harapan kita semua, momentum ini hendaknya dapat menjadi perintis dan pemicu bagi pengembangan pembangunan masa depan Aceh yang lebih baik.