Thursday, October 12, 2006

Hadiah Nobel Perdamaian 2006

Dalam beberapa jam ke depan akan diumumkan siapa pemenang Hadiah Nobel 2006 untuk Perdamaian oleh Panitia di Norwegia. Pengumuman kali ini menjadi detik-detik penantian yang ditunggu-tunggu oleh sebagian masyarakat Indonesia, karena presiden Susilo Bambang Yudhoyono salahsatu nominator yang diunggulkan. Ada beberapa calon lain seperti bekas Presiden Finlandia Martti Ahtisaari, GAM, pemusik aktivis Bono U2 dan Bob Geldof, aktivis China Rebiya Kadeer dan banyak lagi. Belakangan nama SBY menjadi calon favorit karena diunggulkan oleh sebuah situs judi.

Pencalonan SBY tidak terlepas dengan peranan beliau dalam menangani konflik di Aceh. Patut diakui bahwa setelah beliau memegang tampuk pimpinan tertinggi RI perundingan perdamaian antara RI dengan GAM dapat berjalan mulus dan mencapai penyelesaian yang bermartabat, setelah melalui perjalanan diplomasi yang berliku. Walaupun yang menonjol di lapangan adalah andil Wakil Presiden Jusuf Kalla, namun semua taktik dan strategi yang dijalankan oleh JK merupakan tanggungjawab SBY selaku pemegang otoritas tertinggi.

Pro dan kontra tentunya wajar saja. Ada pihak yang gembira dengan pencalonan tersebut dan ada pula yang antipati. Sebagian besar masyarakat Indonesia wajar berbangga jika salah seorang putra bangsa mendapat anugerah yang prestisius tersebut. Namun patut juga disadari bahwa anugerah tersebut bukanlah tujuan utama. Artinya tindakan seseorang berbuat sesuatu bukanlah semata-mata untuk mengharapkan memperoleh penghargaan. Namun penghargaan tersebut datang dengan sendirinya, sebagai buah dari perbuatan dan tindakan-tindakan ikhlas yang dijalankan selama ini.

Artinya, teruslah berbuat kebaikan. Ada atau tiada penghargaan Nobel pekerjaan menyelesaikan permasalahan bangsa harus terus dilanjutkan dengan ikhlas dan penuh pengabdian. Jika akhirnya anugerah Nobel diperoleh, itu artinya kalangan dunia telah mengakui bahwa tindakan menegakkan perdamaian di Aceh sebagai tindakan berkelas dunia dan patut menjadi teladan bagi masyarakat internasional. Dan tidaklah perlu berkecil hati jika ternyata hadiah Nobel jatuh ke tangan yang lain, karena memang bukan itu tujuan utama.

Bagi masyarakat Indonesia tentunya gembira persoalan Aceh dapat diselesaikan dengan terhormat dan mendapat penghormatan internasional. Namun jangan lupa, pekerjaan besar masih banyak menanti di depan untuk diselesaikan dengan arif dan bijaksana. Kalau boleh diurut di sini mulai dari persoalan asap, lumpur lapindo, korupsi, pembunuhan munir, dan banyak lagi. Sebagai masyarakat biasa kita hanya dapat berdoa kepada Tuhan dengan segenap ketulusan semoga SBY diberi kekuatan dan keikhlasan untuk menjalankan amanah rakyat ini. Amin.

No comments: