Monday, July 30, 2007

SBY versus Zaenal

Waw, begitu lama ternyata saya tidak memperbaharui blog ini. Ada banyak alasan, baik alasan teknis maupun non-teknis. Belakangan saya memang tidak dapat mengakses blogspot dari internet di rumah, entah kenapa. Mungkin blogspot di-ban oleh pihak kampus. Dan kalau mau akses dari warnet masih bisa, namun rasanya berat untuk berlama-lama di warnet. Di samping itu juga saya sendiri seperti kehilangan ide untuk menuliskan sesuatu, ah sudahlah. Di sela-sela kesibukan yang sedikit menurun saya coba lagi dah untuk menulis di halaman ini. Mumpung sekarang akses ke blogspot sudah normal kembali di rumah.

Baca berita terbaru dari detik.com yang hangat adalah kasus SBY versus Zaenal. Boleh dong kita kasih komentar dan pendapat dikit kan. Kalau menurut saya sih, SBY tenang dan santai-santai aja deh. Apalagi kalau tuduhan tentang pernikahan pra-Akabri itu tidak benar. Mudah saja menanggapinya, ya kan.Yang jadi persoalan, kalau ternyata tuduhan itu memang benar adanya. Tapi, sebagai seorang muslim, jika sudah memenuhi syarat kan tidak ada hal yang salah seseorang untuk menikah. Mungkin yang diangkat adalah perihal pelanggaran peraturan syarat menjadi taruna Akabri saat itu. Lantas, kalau pun bersalah, kan beliau sudah bukan taruna lagi, malah sudah mencapai pangkat tertinggi Jendral, dan sudah purnawirawan pula. Apakah hukum bisa berlaku surut, atau adakah batas waktu untuk masa berlakunya hukuman kesalahan seseorang?

Dilihat dari kapasitas SBY saat ini yang sedang menjabat jabatan Presiden, tidak dapat dipungkiri bahwa gagasan untuk membuat tuduhan seperti itu sesungguhnya punya motif untuk menggoyang posisi jabatan tersebut. Tapi menurut saya, sangatlah rendah sekali mutu sebuah tuduhan seperti itu yang bertujuan untuk menggulingkan sebuah posisi jabatan tinggi seperti Presiden. Namun, kalau kita lihat sosok yang melontarkan tuduhan itu saat ini, yaitu Zaenal Maarif, saya melihatnya tidak lebih dari sekedar anak kecil yang merajuk.

Zaenal Maarif baru saya dicopot dari jabatannya di parlemen atau di-recall oleh partainya karena alasan-alasan yang menurutnya sama seperti kesalahan yang dibuat oleh SBY juga di masa lalu, itupun kalau benar begitu. Kalau saya menikah lagi dipersalahkan sampai-sampai jabatan saya dicopot, lha kenapa itu Presiden yang dulu juga pernah menikah diam-diam, kok tidak dipersalahkan? Begitu kira-kira analoginya. Tapi sikap kolokan Zaenal ini berimplikasi luas, karena menyangkut posisi jabatan Presiden. Jadi seolah-olah beliau seperti menggugat bahwa Presiden juga patut untuk lengser seperti dirinya, karena dulu pernah menikah diam-diam seperti yang beliau lakukan sekarang. Benar-benar runyam.

Lantas bagaimana penyelesaiannya? Menurut saya sih damai saja deh. Terlalu mubazir urusan ini diperpanjang karena negeri ini masih memiliki banyak persoalan besar untuk diselesaikan oleh seorang Presiden saat ini. Dan sangat tidak bermutu kalau Presiden harus masih terus meladeni tuduhan kolokan dan kekanak-kanakan tersebut. Pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu, patut diterapkan dengan sungguh-sungguh oleh SBY dalam hal ini.

No comments: