Thursday, April 12, 2012

Gempa dan Pilkada Aceh

Hari Senin 9 April lalu Aceh baru saja melangsungkan pilkada yaitu pesta demokrasi lokal untuk memilih Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh wilayah Aceh. Begitu besarnya gaung pilkada ini sehingga menyita hampir seluruh perhatian masyarakat Aceh untuk ikut berpartisipasi. Baik sebagai aktor yang bermain dalam perhelatan, maupun hanya sebagai pengamat.

Hari Selasa 10 April, hasil perhitungan cepat (quick-count) telah diumumkan. Yang menang adalah calon Gubernur dari Partai Aceh: Zaini Abdullah dan pasangannya Muzakkir Manaf. Walau bukan pengumuman resmi, namun seperti biasanya pemenang resmi yang akan diumumkan nanti oleh KIP sepertinya tidak akan melenceng jauh dengan hasil perhitungan cepat ini. Banyak pengamat perpolitikan Aceh mengkhawatirkan suhu politik akan memanas. Jauh-jauh hari sebelumnya, perseteruan politik antara PA dengan Irwandi Yusuf sangat tinggi. Dengan hasil sementara pilkada mengarah kepada calon dari PA, ada kemungkinan resistensi dari pihak pendukung Irwandi Yusuf akan muncul.

Hari Rabu 11 April, menjelang Ashar tiba-tiba gempa berskala besar dengan kekuatan 8,5 SR menggegar Aceh. Gempa yang dahsyat seperti mengulang tragedi 26 Desember 2004 silam. Dengan skala yang tidak jauh berbeda masyarakat Aceh sudah menduga bakal datang lagi tsunami yang mengerikan itu. Aceh panik! Ribuan orang berhamburan keluar rumah dan memenuhi jalan-jalan berlarian mencari tempat yang lebih tinggi dan aman. Asma Allah dilaungkan tak henti-henti.

Yang ingin saya sampaikan adalah: adakah hubungan antara Gempa Aceh dengan Pilkada Aceh ini? Mengapakah waktunya sangat berdekatan? Kebetulankah?

Jawabannya bisa beragam.

Pertama, tidak ada hubungan sama sekali. Pilkada ya pilkada. Gempa ya Gempa, fenomena alam biasa yang terjadi karena tumbukan lempeng bumi. Kebetulan Aceh berada dalam kawasan rawan gempa.

Kedua, mungkin saja ada hubungannya. Dalam memaknai hubungan spiritual makhluk dengan sang Khalik, fenomena alam dapat ditafsirkan sebagai manifestasi sarana komunikasi sang Khalik dengan makhluk ciptaannya. Manusia sebagai makhluk pilihan Allah yang dipercayakan menjadi khalifah di muka bumi hendaknya dapat membaca isyarat-isyarat alam yang muncul.

Berkaca dari peristiwa gempa dan tsunami 26 Desember 2004, banyak kalangan yang mengakui bahwa bencana itu sesungguhnya mengandung hikmah yang besar. Siapa yang sangka selepas tragedi dahsyat tersebut perdamaian Aceh dapat terlaksana dengan mudahnya. Pertikaian sengit yang sepertinya tak akan ada penyelesaiannya, akhirnya sirna. Aceh damai yang dirindukan itu benar-benar menjadi nyata.

Kini Allah kembali menurunkan isyarat yang sama kepada kita. Hikmah apa di sebaliknya? Seolah-olah Allah ingin kembali mengingatkan kita, masihkah ingin bertikai lagi? Masihkah damai yang ada ini ingin tetap dipertahankan?

Kepada pihak pemenang pilkada, hendaknya tidak perlu bersorak gembira. Jadikan kemenangan ini sebagai sarana pengabdian yang tulus ikhlas kepada kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat Aceh yang telah begitu lama diidam-idamkan. Kepada pihak yang belum menang, tidak perlu kecewa dan sakit hati sampai memboikot dan dendam berkepanjangan. Terimalah kenyataan dengan lapang dada. Toh, pilkada ini hanya sebatas urusan dunia yang berfungsi sebagai sarana pemberian mandat kepada yang harus bertanggungjawab menjalankan pelayanan kepada masyarakat. Pemenang pilkada adalah PELAYAN MASYARAKAT bukan PENGUASA BARU PEMERAS RAKYAT. Untuk itu mari kita dukung bersama-sama dan kita jaga perjalanan berpolitik ini dengan penuh tanggung jawab.

Hikmah besar dari fenomena gempa ini adalah Allah begitu sayang dan cinta kepada rakyat Aceh, sehingga kita diberinya peringatan dan isyarat melalui gempa ini. Allah sepertinya ingin mengingatkan, jangan macam-macam ya, mudah saja bagiKu untuk mengulangi kembali ancamanKu. Mudah-mudahan kita mampu membaca dan menafsirkannya. Amin.